sysukabumi- Generasi Z, atau Gen Z, kini menjadi sorotan di Indonesia. Sebagai generasi yang lahir pada rentang tahun 1997-2012, mereka saat ini merupakan kelompok usia produktif yang jumlahnya terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), populasi Gen Z di Indonesia pada 2023 diperkirakan mencapai 67 juta jiwa atau sekitar 25% dari total populasi. Kehadiran Gen Z di Indonesia membawa tantangan tersendiri. Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, mereka memiliki karakteristik unik seperti melek teknologi, berorientasi pada tujuan, serta peduli terhadap isu sosial dan lingkungan. Sayangnya, besarnya populasi Gen Z tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai.
Angka
pengangguran terbuka di kalangan usia muda, khususnya mereka yang termasuk
dalam kategori Gen Z, masih cukup tinggi. Data Kementerian Tenaga Kerja
mencatat, pada 2022 tingkat pengangguran terbuka untuk kelompok usia 15-24
tahun mencapai 16,6%. Situasi ini menghadirkan tantangan serius bagi Gen Z
dalam mewujudkan aspirasi karir dan ekonomi mereka. Memahami tantangan yang
dihadapi Gen Z saat ini menjadi penting. Generasi ini adalah aset berharga bagi
Indonesia yang harus diberdayakan secara optimal agar dapat memberikan
kontribusi positif bagi kemajuan bangsa di masa depan. Untuk itu, diperlukan
upaya komprehensif dari berbagai pihak untuk menciptakan peluang kerja yang
sesuai dengan potensi Gen Z.
Sebagai
digital native, Gen Z sangat mahir dalam menggunakan teknologi digital dan
media sosial. Mereka terbiasa terhubung dengan dunia maya, mencari informasi,
dan berinteraksi secara online. Hal ini membentuk pola pikir dan gaya hidup
yang berbeda, di mana mereka lebih berorientasi pada tujuan, menghargai
efisiensi, serta lebih peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, tingkat pendidikan Gen Z di Indonesia cukup
baik. Pada 2023, sekitar 35% dari mereka telah menempuh pendidikan di perguruan
tinggi. Hal ini mencerminkan tingginya aspirasi Gen Z untuk mengembangkan karir
dan mengaktualisasikan diri.
Sayangnya,
besarnya populasi Gen Z tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan
yang memadai. Banyak dari mereka yang lulus perguruan tinggi harus bersaing
ketat untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi dan harapan
mereka. Situasi ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi Gen Z dalam merintis
karir dan mencapai kemandirian ekonomi. Memahami profil Gen Z di Indonesia
menjadi penting sebagai landasan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi
generasi ini serta merancang strategi pemberdayaan yang tepat sasaran. Upaya
ini diharapkan dapat memaksimalkan potensi Gen Z dan mendorong kontribusi
mereka bagi kemajuan Indonesia.
Tantangan Mendesak Gen Z:
Kelangkaan Lapangan Kerja
Salah
satu tantangan utama yang dihadapi Generasi Z di Indonesia saat ini adalah
kelangkaan lapangan kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 2022
tingkat pengangguran terbuka untuk kelompok usia 15-24 tahun mencapai 16,6%.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang berada di
angka 5,8%. Berbagai faktor turut menyumbang permasalahan ini, di antaranya
adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi otomatisasi yang
menggantikan peran manusia, serta ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan
dengan kebutuhan pasar kerja. Kemajuan teknologi digital, khususnya kecerdasan
buatan dan robotika, telah menggeser banyak jenis pekerjaan tradisional. Banyak
perusahaan lebih memilih untuk mengadopsi solusi otomatisasi yang dianggap
lebih efisien dan produktif. Hal ini tentu saja berdampak pada berkurangnya
ketersediaan lapangan kerja bagi Gen Z yang baru memasuki dunia kerja.
Di
sisi lain, tingginya ekspektasi Gen Z terhadap gaji, tunjangan, dan lingkungan
kerja yang menarik terkadang tidak sesuai dengan realitas pasar. Kesenjangan
antara harapan dan kenyataan ini semakin mempersulit Gen Z untuk mendapatkan
pekerjaan yang sesuai. Permasalahan kelangkaan lapangan kerja bagi Gen Z perlu
disikapi dengan serius. Bila tidak diatasi, hal ini dapat mengancam masa depan
generasi penerus bangsa dan menghambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk
menciptakan peluang kerja baru yang sesuai dengan potensi Gen Z.
Memberdayakan Potensi Gen
Z
Generasi
Z memiliki banyak potensi yang berharga bagi kemajuan Indonesia, namun
sayangnya belum sepenuhnya tergali dan diberdayakan secara optimal. Sebagai
generasi yang tumbuh di era digital, mereka memiliki keterampilan dan wawasan
yang dapat menjadi aset berharga bagi pembangunan bangsa. Salah satu kunci
untuk memberdayakan potensi Gen Z adalah dengan meningkatkan kesesuaian antara
keterampilan yang mereka miliki dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini dapat
dilakukan melalui kolaborasi erat antara dunia pendidikan, industri, dan
pemerintah dalam merancang kurikulum yang lebih responsif.
Selain
itu, program pelatihan dan pengembangan kemampuan yang disesuaikan dengan tren
terkini juga perlu digalakkan. Misalnya, memperkuat kompetensi digital,
kewirausahaan, dan kemampuan berpikir kritis pada Gen Z. Hal ini dapat
membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di era
industri 4.0. Tak kalah penting, adalah menciptakan lebih banyak peluang
kewirausahaan bagi Gen Z. Dengan semangat inovatif dan keinginan untuk
berdampak positif yang kuat, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi
wirausahawan muda yang sukses. Dukungan akses permodalan, pendampingan, dan
insentif bagi wirausaha Gen Z dapat mempercepat realisasi potensi mereka. Memberdayakan
potensi Gen Z secara holistik akan tidak hanya menguntungkan generasi itu
sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan ekonomi dan pembangunan
Indonesia secara keseluruhan. Kolaborasi dan sinergi antara berbagai pemangku
kepentingan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal ini.
Kesimpulan dan
Rekomendasi
Generasi
Z merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki potensi besar untuk membawa
Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun, mereka juga dihadapkan pada sejumlah
tantangan mendesak yang perlu disikapi dengan serius. Salah satu tantangan
utama yang dihadapi Gen Z adalah kelangkaan lapangan kerja. Kemajuan teknologi
otomatisasi, perlambatan ekonomi, dan kesenjangan antara keterampilan dengan
kebutuhan pasar telah menyebabkan sulitnya Gen Z untuk memasuki dunia kerja. Untuk
itu, dibutuhkan upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan untuk
mengatasi tantangan dan memberdayakan potensi Gen Z, di antaranya:
1. Meningkatkan
kesesuaian kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja, serta memperkuat
program pelatihan keterampilan digital, kewirausahaan, dan berpikir kritis bagi
Gen Z.
2. Menciptakan
lebih banyak peluang kewirausahaan bagi Gen Z melalui dukungan akses
permodalan, pendampingan, dan insentif yang memadai.
3. Mendorong
kolaborasi erat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam merancang
kebijakan dan program yang dapat membuka lebih banyak lapangan kerja bagi Gen
Z.
4. Menyelaraskan
ekspektasi Gen Z terhadap dunia kerja dengan realitas pasar melalui upaya
edukasi dan pembinaan yang komprehensif.
Dengan
langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan tantangan yang dihadapi Gen Z
dapat diatasi, sementara potensi mereka dapat diberdayakan secara optimal demi
mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera dan maju di masa depan.***
Oleh: Hana Muhamad
(Ketua Umum Kohati Badko HMI Jabar)

Posting Komentar